Ilmu Budaya Dasar : Manusia dan Keindahan
MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR
MANUSIA DAN KEINDAHAN
DISUSUN OLEH :
CHIKA MAULANI AZIZAH
(11519461)
1PA04
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2019
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan Rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan, dan pengetahuan sehingga
saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Manusia dan keindahan ini dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada dosen dan teman-teman
yang telah berkontribusi membantu saya dengan memberikan ide-idenya sehingga
makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Saya berharap semoga makalah ini bisa memberikan
banyak manfaat serta menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari
itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Jakarta,
30 Oktober 2019
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ........................................................................................................................ i
Daftar
Isi ................................................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah..................................................................................................... 1
1.3
Tujuan Masalah ........................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Manusia .................................................................................................. 3
2.2
Pengertian Keindahan .............................................................................................. 3
2.3
Hakikat Keindahan .................................................................................................. 4
2.4
Alasan manusia menciptakan keindahan ................................................................. 5
2.5
Nilai penting dalam keindahan ................................................................................ 6
2.6
Hubungan manusia dengan keindahan ................................................................... 6
2.7
Cara untuk mengetahui suatu keindahan ................................................................. 7
2.8
Teori-teori dalam renungan ...................................................................................... 8
2.9
Teori-teori dalam keserasian .................................................................................... 10
BAB
III PENUTUP
3.1
KESIMPULAN ....................................................................................................... 12
3.2
SARAN ................................................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................................................. 13
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap
manusia dilahirkan dan dibekali dengan banyak sekali keindahan, baik dari
dalam, dari luar, maupun yang ada disekitarnya. Kata keindahan berasal dari
kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Keidahan
identik dengan kebenaran. Keduanya
mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah.
Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah.
Keindahan
juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu
dan tempat, kedaerahan, selera mode, kedaerahan atau lokal. Keindahan alam arti
luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya
tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan
hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu
yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah,
kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara juga tentang buah pikiran
yang indah dan adap kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal
keindahan dalam arti estetis yang disebutnya “symetria” untuk keindahan berdasarkan penglihatan dan harmonia
untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi pengertian keindahan
seluas-luasnya meliputi :
keindahan
seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan intelektual. Dalam rangka
teori umum tentang nilai The Liang gie
menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai
seperti halnya nilai moral, nilai ekonomik, nilai pendidikan dan sebagainya.
Nilai yang berhubungan dengan segaa sesuatu yang tercakup dalam pengertian
keindahan disebut nilai estetik. Nilai adalah suatu relaitas psikologis yang
harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia
dan bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapa
pada sesuatu benda sampai terbukti ketidakbenarannya.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan manusia?
2.
Apakah yang dimaksud dengan keindahan?
3.
Apa hakikat dari keindahan?
4.
Apa alasan manusia menciptakan keindahan?
5.
Apa
saja nilai penting dalam keindahan?
6.
Apa
hubungan manusia dengan keindahan?
7.
Bagaimana
cara untuk mengetahui suatu keindahan.?
8.
Bagaimana teori-teori dalam renungan?
9.
Bagaimana teori-teori dalam keserasian?
1.3 Tujuan masalah
1.
Dapat mengetahui pengertian manusia.
2.
Dapat mengetahui pengertian keindahan.
3.
Dapat mengetahui hakikat keindahan.
4.
Dapat mengetahui alas an manusia dengan keindahan.
5.
Dapat mengetahui nilai penting dala keindahan.
6.
Dapat mengetahui hubungan manusia dengan keindahan.
7.
Dapat mengetahui cara untuk mengetahui suatu keindahan.
8.
Dapat mengetahui teori-teori dalam renungan.
9.
Dapat mengetahui teori-teori dalam keserasian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Manusia
Secara bahasa manusia
berasal dari kata “manu”
(Sansekerta), “mens” (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah
fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang
individu. Manusia merupakan paduan antara mahluk material dan mahluk spiritual.
Dinamika manusia tidak tinggal diam karena manusia sebagai dinamika selalu
mengaktivisasikan dirinya. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa
membutuhkan orang lain, oleh karena itu manusia senantiasa membutuhkan interaksi
dengan manusia yang lain.
2.2
Pengertian
keindahan
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik,
bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika,
sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah “kecantikan yang ideal” adalah
sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan
keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
Keindahan, sering
diutarakan kepada situasi tertentu, arti kata keindahan yaitu berasal dari kata
indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Keindahan
identik dengan kebenaran dan Keindahan identik dengan kebenaran, sesuatu yang
indah itu selalu mengandung kebenaran. Walaupun kelihatanya indah tapi tidak
mengandung kebenaran maka hal itu pada prinsipnya tidak indah. Keindahan atau
keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau
gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau
kepuasan.
Pengalaman
"keindahan" sering melibatkan penafsiran beberapa entitas yang
seimbang dan selaras dengan alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik
dan ketenteraman emosional. Karena ini adalah pengalaman subyektif, sering
dikatakan bahwa beauty is in the eye of the beholder atau "keindahan itu
berada pada mata yang melihatnya”.
2.3 Hakikat
dari keindahan
Keindahan adalah
susunan kualitas atau pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal kulitas yang
paling disebut adalah kesatuan (unity)
keselarasan (harmony) kesetangkupan (symmetry) keseimbangan (balance) dan pertentangan (contrast).
Herbet Read merumuskan
bahwa keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan bentuk yang terdapat
diantara pencerapan-pencerapan indrawi manusia. Filsuf abad pertengahan Thomas
Amuinos mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bilamana
dilihat. Menurut luasnya pengertian keindahan dibedakan menjadi 3, yaitu :
a) Keindahan dalam arti yang luas
Keindahan dalam arti
luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang di dalamnya
tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan
hukum yang indah. Orang Yunani dulu berbicara pula mengenai buah pikiran yang
indah dan adat kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal
pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya “symmetria” untuk
keindahan berdasarkan penglihatan (misalnya: karya pahat dan arsitektur) dan harmonia
untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik). Jadi pengertian keindahan yang
seluas-luasnya meliputi: keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, dan
juga keindahan intelektual.
b) Keindahan dalam arti estetis murni
Keindahan dalam arti estetis
murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan
segala sesuatu yang dicerapnya.
c) Keindahan dalam arti terbatas
Keindahan dalam arti
terbatas lebih disempitkan hanya menyangkut benda-benda yang dicerapkan dengan
penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna.
Dari pembagian dan
perbedaan terhadap keindahan diatas, masih belum jelas apakah sesungguhnya
keindahan itu. Ini memang merupakan suatu persoalan filsafati yang jawabannya
beraneka ragam. Salah satu jawaban mencari ciri-ciri umum yang ada pada semua
benda yang dianggap indah dan kemudian menyamakan ciri-ciri atau kualitas
hakiki itu dengan pengertian keindahan. Jadi keindahan pada dasarnya adalah
sejumlah kualitas pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kualitas yang
paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony),
kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance), dan perlawanan (contrast).
Ternyata untuk menjawab
“apa itu keindahan?” banyak sekali jawabannya. Karena itu dalam estetika modern
orang lebih suka berbicara tentang seni dan pengalaman estetik, Karena ini
bukan pengalaman abstrak melainkan gejala konkret yang dapat ditelaah dengan
pengamatan secara emprik dan penguraian yang sistematik.
2.4
Alasan Manusia Menciptakan Keindahan
Ada beberapa alasan mengapa manusia
menciptakan keindahan, yaitu sebagai berikut:
A. Tata
nilai yang Telah Usang
Tata nilai yang
terjelma dalam adat istiadat ada yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan,
sehingga dirasakan sebagai hambatan yang merugikan dan mengorbankan nilai-nilai
kemanusiaan, misalnya kawin paksa, pingitan, derajad wanita lebih rendah dari
derajad laki-laki. Tata nilai semacam ini dipandang sebagai mengurangi nilai
moral kehidupan masyarakat, sehingga dikatakan tidak indah. Yang tidak indah
harus disingkirkan dan digantikan dengan yang indah. Yang indah ialah tata
nilai yang menghargai dan mengangkat martabat manusia, misalnya wanita. Hal ini
menjadi tema para sastrawan zaman Balai Pustaka, dengan tujuan untuk merubah
keadaan dan memperbaiki nasib kaum wanita. Sebagai contoh novel yang
menggambarkan keadaan ini ialah "layar terkembang" oleh Sutan Takdir
Alisyahbana, "Siti Nurbaya" oleh Marah Rusli
a. Kemerosotan
Zaman
Keadaan
yang merendahkan derajad dan nilai kemanusiaan ditandai dengan kemerosotan
moral. Kemerosotan moral dapat diketahui dari tingkah laku dan perbuatan
manusia yang bejad terutama dari segi kebutuhan seksual. Kebutuhan seksual ini
dipenuhinya tanpa menghiraukan ketentuan-ketentuan hukum agama, dan moral masyarakat.
Demikian itu dikatakan tidak baik, yang tidak baik itu tidak indah. Yang tidak
indah itu harus disingkirkan melalui protes yang antara lain diungkapkan dalam
karya seni. Sebagai contoh ialah karya seni berupa sanjak yang dikemukakan oleh
W.S. Rendra berjudul "Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta". Di
sini pengarang memprotes perbuatan bejad para pejabat, yang merendahkan derajad
wanita dengan mengatakan sebagai inspirasi revolusi, tetapi tidak lebih dari
pelacur.
b. Penderitaan
Manusia
Banyak faktor yang
membuat manusia itu menderita. Tetapi yang paling menentukan ialah faktor
manusia itu sendiri. Manusialah yang membuat orang menderita sebagai akibat
nafsu ingin berkuasa, serakah, tidak berhati-hati dan sebagainya. Keadaan
demikian ini tidak mempunyai daya tarik dan tidak menyenangkan, karena nilai
kemanusiaan telah diabaikan, dan dikatakan tidak indah. Yang tidak indah itu
harus dilenyapkan karena tidak bermanfaat bagi kemanusiaan.
c. Keagungan
Tuhan
Keagungan Tuhan dapat
dibuktikan melalui keindahan alam dan keteraturan alam semesta serta
kejadian-kejadian alam. Keindahan alam merupakan keindahan mutlak ciptaan
Tuhan. Manusia hanya dapat meniru saja keindahan ciptaan Tuhan itu.
Seindah-indah tiruan terhadap ciptaan Tuhan, tidak akan menyamai keindahan
ciptaan Tuhan itu sendiri. Kecantikan seorang wanita ciptaan Tuhan membuat
kagum seniman Leonardo da Vinci. Karena itu ia berusaha meniru ciptaan Tuhan
dengan melukis Monalisa sebagai wanita cantik. Lukisan monalisa sangat terkenal
karena menarik dan tidak membosankan.
2.5 Nilai penting dalam keindahan
1. Nilai
ekstrinsik
Nilai ekstrinsik adalah nilai yang
sifatnya sebagai alat atau membantu untuk sesuatu hal. Contohnya :
tarian yang disebut halus dan kasar.
2. Nilai
intrinsik
Nilai intrinsik adalah sifat baik yang
terkandung di dalam atau apa yang merupakan tujuan dari sifat baik tersebut.
Contohnya pesan yang akan disampaikan dalam suatu tarian.Teori estetika
keindahan menurut Jean M. Filo dalam bukunya “Current Concepts of Art” dikelompokkan dalam tiga kelompok besar,
yaitu :
a. Kelompok
yang berpendapat bahwa keindahan itu bersifat subjektif adanya, yakni
karena manusianya menciptakan penilaian indah dan kurang indah dalam pikirannya
sendiri.
b. Kelompok
yang berpendapat bahwa keindahan bersifat objektif
adanya, yakni karena keindahan itu merupakan nilai yang intrinsik ada pada
suatu objek.
c. Kelompok yang berpendapat bahwa keindahan itu
merupakan pertemuan antara yang subjektif dan yang objektif,
artinya kualitas keindahan itu baru ada apabila terjadi pertemuan antara subjek
manusia dan objek substansi.
2.6
Hubungan
Manusia dengan Keindahan
Manusia dan keindahan
memang tak bisa dipisahkan sehingga kia perlu melestarikan bentuk dari
keindahan yang telah dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa, seni
suara maupun seni pertunjukan) yang nantinya dapat menjadi bagian dari suatu
kebudayaan yang dapat dibanggakan dan mudah-mudahan terlepas dari unsur
politik.
Kawasan keindahan bagi
manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan
perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu keindahan
dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimanapun kapan pun dan siapa saja
dapat menikmati keindahan. Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan
merupakan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai
yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Sesuatu
yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Karena itu hanya tiruan
lukisan Monalisa yang tidak indah, karena dasarnya tidak benar. Sudah tentu
kebenaran disini bukan kebenaran ilmu, melainkan kebenaran menurut konsep dalam
seni. Dalam seni, seni berusaha memberikan makna sepenuh-penuhnya mengenai
obyek yang diungkapkan.
Manusia yang menikmati
keindahan berarti manusia mempunyai pengalaman keindahan. Pengalaman keindahan biasanya bersifat terlihat (visual)
atau terdengar (auditory) walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut.
Keindahan tersebut pada dasarnya adalah
almiah. Alam itu ciptaan Tuhan. Alamiah itu adalah wajar tidak berlebihan dan
tidak kurang. Konsep keindahan itu sendiri sangatlah abstrak ia identik dengan
kebenaran. Batas keindahan akan behenti pada pada sesuatu yang indah dan bukan
pada keindahan itu sendiri. Keindahan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah, sedangkan yang tidak ada unsur keindahanya
tidak mempunyai daya tarik.
Orang yang mempunyai
konsep keindahan adalah orang yang mampu berimajinasi, rajin dan kreatif dalam
menghubungkan benda satu dengan yang lainya. Dengan kata lain imajinasi
merupakan proses menghubungkan suatu benda dengan benda lain sebagai objek
imajinasi. Demikian pula kata indah diterapkan untuk persatuan orang-orang yang
beriman, para nabi, orang yang menghargai kebenaran dalam agama, kata dan
perbuatan serta orang –orang yang saleh merupakan persahabatan yang paling
indah.
2.7
Cara
untuk Mengetahui Suatu Keindahan
Ada beberapa cara untuk
mengetahui keindahan yang ada di dalam diri manusia, di antaranya :
1. Renungan
Renungan
berasal dari kata renungan, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan
sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil
merenung.Setiap orang pernah merenung. Sudah tentu kadar renungannya satu sarna
lain berbeda, meskipun obyek yang direnungkan sama, lebih pula apabila obyek
renungannya berbeda. Jadi apa yang direnungkan itu bergantung kepada obyek dan
subyek.
2. Keserasian
Keserasian
berasal dari kata serasi-serasi dari kata dasar rasi artinya cocok, sesuai,
atau kena benar. Kata cocok sesuai atau kena mengandung unsur pengertian
perpaduan, ukuran dan seimbang. Keserasian identik dengan keindahan. Sesuatu
yang serasi tentu tampak indah dan yang tidak serasi tidak indah. Karena itu
sebagian ahli pikir berpendapat, bahwa keindahan ialah sejumlah kualitas pokok
tertentu yang terdapat pada suatu hal.
3. Kehalusan
Kehalusan
berasal dari kata halus artinya tidak kasar (perbuatan) lembut, sopan, baik
(budi bahasa), beradab. Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus. Halus itu
berarti suatu sikap manusia dalam pergaulan baik dalam masyarakat kecil maupun
dalam masyarakat luas. Sudah tentu sebagai lawannya ialah sikap kasar atau
sikap orang-orang yang sedang emosi, bersikap sombong, bersikap kaku sikap
orang yang sedang bermusuhan. Oleh karena itu kehalusan dapat menunjukan nilai
keindahan seseorang dan sikap kasar bisa mengurangi nilai keindahan dari
seseorang.
4. Kontemplasi
Suatu
proses bermeditasi, merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari
nilai-nilai makna, manfaat, dan tujuan, atau niat hasil penciptaan. Disamping
itu seni menurut wataknya akan berpadu dengan keindahan karena itu menurut
logika deduktiv dapat dikatakan bahwa keindahan dalam seni juuga harus di
kontemplasikan.
2.8 Teori-Teori dalam Renungan
Renungan berasal dari
kata renung, yang artinya diam-diam memikirkan sesuatu atau memikirkan sesuatu
dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk
menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori tersebut yaitu:
a)
Teori Pengungkapan
Bunyi dari teori ini
ialah bahwa “art is an expression of human feeling”, yang artinya seni adalah
suatu pengungkapan dari perasaan manusia. Teori ini terutama bertalian dengan
apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni.
Tokoh teori ekspresi
yang paling dikenal ialah filsuf Italia Benedeto (1886-1952) dengan karyanya
yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris “aesthetic at science of
expression and general linguistic”. Beliau antara lain menyatakan bahwa “art is
expression of impressions”, yang artinya seni adalah pengungkapan dan
kesan-kesan. Expression adalah sama dengan intuition. Dalam intuisi adalah
pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentang hal-hal
individual yang menghasilkan gambaran angan-angan.
Seorang tokoh lainnya
yaitu Leo Tolstoi, dia menegaskan bahwa kegiatan seni adalah memunculkan dalam
diri sendiri suatu perasaan yang seseorang telah mengalaminya dan setelah
memunculkan itu kemudian dengan perantaraan berbagai gerak, garis, warna,
suara, dan bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata memindahkan perasaan itu
sehingga orang-orang mengalami perasaan yang sama.
b)
Teori Metafisik
Teori seni yang
bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari
plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafati,
konsepsi keindahan, dan teori seni. Mengenai sumber seni plato yang mendalilkan
suatu teori peniruan (imitation theory). Ini sesuai dengan metafisika plato
yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita
ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan
cerminan semu dan mirip realita ilahi itu.
Dalam
zaman modern suatu teori seni lainnya yang juga bercorak metafisis dikemukakan
oleh filsuf Arthur Schopenhauer (1788-1860). Menurut beliau seni adalah suatu
bentuk dari pemahaman terhadap realita. Dan realita yang sejati adalah suatu
keinginan yang sementara. Dunia obyektif sebagai ide hanyalah wujud luar dari
keinginan itu. Selanjutnya ide-ide itu mempunyai perwujudan sebagai benda-benda
khusus.
c)
Teori Psikologis
Teori-teori
metafisis dari pada filsuf yang bergerak diatas taraf manusiawi dengan
konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak
memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam
abad modern menelaaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dana lam
pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis.
Suatu teori lain
tentang sumber seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick
Shiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Menurut Schiller, asal
mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada
dalam diri seseorang. Seni merupakan semacam permainan menyeimbangkan segenap
kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus
dikeluarkan. Sedangkan menurut Spencer, permainan itu berperan untuk mencegah
kemampuan-kemampuan mental manusia menganggur dan kemudian menciut karena
disia-siakan. Seorang yang semakin meningkat taraf kehidupannya tidak memakai
habis energinya untuk keperluan sehari-hari. Teori permainan tentang seni tidak
sepenuhnya diterima oleh para ahli estetik. Keberatan pokok yang dapat diajukan
ialah bahwa permainan merupakan suatu kreasi, padahal seni adalah kegiatan yang
serius dan pada dasarnya kreatif.
Sebuah teori lain yang
dapat dimasukan dalam teori psikologis ialah teori penandaan (signification
theory) yang memandang seni sebagai suatu lambing atau tanda dari perasaan
manusia. Symbol atau tanda yang menyerupai dengan benda yang dilambangkan
disebut iconic sign (tanda serupa). Menurut teori penandaan itu karya seni
adalah iconic sign dari proses psikologis yang berlangsung dalam diri manusia,
khususnya tanda-tanda dari perasaannya. Sebagai contoh sebuah lagu dengan irama
naik turun dan alunan cepat lambat serta akhirnya berhenti adalah simbol atau
tanda dari kehidupan manusia dengan berbagai perasaannya yang ada pasang surut
serta tergesa-gesa atau santainya dan ada akhirnya.
2.9 Teori-Teori dalam Keserasian
Keserasian berasal dari
kata serasi dan kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar.
Kata cocok, artinya kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan,
ukuran, dan seimbang.
Pertentangan pun menghasilkan
keserasian. Misalnya dalam dunia musik, pada hakekatnya irama yang mengalun itu
merupakan suara tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut.
Dalam keselarasan itu seseorang memiliki
perasaan-perasaan seimbang dan tenang, mencapai cita rasa akan sesuatu yang
terakhir dan rasa hidup sesaat di tempat-tempat kesempurnaan yang dengan senang
hati ingin diperpanjangnya.
a)
Teori Obyektif dan Teori Subyektif
Teori obyektif
berpendapat bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah
sifat yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas
dari orang yang mengamatinya. Pengamatan orang hanyalah mengungkapkan
sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan sama sekali tidak
berpengaruh untuk menghubungkan. Yang menjadi masalah ialah ciri-ciri khusus
manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap bernilai
estetik, salah satu jawaban yang telah diberikan selama berabad-abad ialah
perimbangan antara bagian-bagian dalam benda indah itu. Pendapat lain
menyatakan, bahwa nilai estetik itu tercipta dengan terpenuhinya asas-asas
tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda.
Teori subyektif
menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak
ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda.
Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dan si pengamat itu.
Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetik, maka hal itu
diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh sesuatu pengalaman estetik
sebagai tanggapan terhadap benda indah itu.
b)
Teori Perimbangan
Teori obyektif
memandang keindahan sebagai suatu kualitas dari benda-benda. Kualitas bagaimana
yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah telah dijawab oleh bangsa Yunani
Kuno dengan teori perimbangan yang bertahan sejak abad ke 5 sebelum masehi
sampai abad ke 17 di Eropa. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani Kuno yang
berupa banyak tiang besar.
Teori perimbangan tentang
keindahan dari bangsa Yunani Kuno dulu dipahami pula dalam arti yang lebih
terbatas, yakni secara kualitatif yang diungkapkan dengan angka-angka.
Keindahan dianggap sebagai kualitas dari benda-benda yang disusun (yakni
mempunyai bagian-bagian). Hubungan dari bagian-bagian yang menciptakan
keindahan dapat dinyatakan sebagai perimbangan atau perbandingan angka-angka.
Teori perimbangan
berlaku dari abad ke 5 sebelum masehi sampai abad ke 17 masehi selama 22 abad.
Teori tersebut runtuh karena desakan dari filsafat empirisme dan aliran-aliran
termasuk dalam seni. Bagi mereka keindahan hanyalah kesan yang subyektif
sifatnya. Keindahan hanya ada pada pikiran orang yang menerangkannya dan setiap
pikiran melihat suatu keindahan yang berbeda-beda. Para seniman romantik
umumnya berpendapat bahwa keindahan sesungguhnya tercipta dari tidak adanya
keteraturan, yakni tersusun dari daya hidup, penggambaran, pelimpahan, dan
pengungkapan perasaan. Karena itu tidak mungkin disusun teori umum tentang
keindahan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keindahan pada dasarnya
adalah almiah. Alam itu ciptaan tuhan. Ini berarti bahwa keindahan itu ciptan
tuhan. Keindahan menyangkut kualita hakiki dari segala benda yang mengandung
kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symetri), keseimbang-an
(balance), dan pertentangan (contrast).
Dari ciri-ciri itu
diambil kesimpulan, bahwa keindahan tersusun dari keselarasan dan pertentangan
dari garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata. Keindahan adalah kebenaran dan
kebenaran adalah keindahan. Dua hal yang indah yang selalu berdampingan. Dua
hal tersebut juga berdampingan dengan Manusia. Manusia diberikan keindahan yang
sangat luar biasa oleh Tuhan Yang Maha Esa.
3.2 Saran
Saran yang dapat di berikan adalah manusia
diharapkan untuk selalu menjaga keindahan-keindahan yang dimilikinya, yang ada
pada dirinya agar senantiasa keindahan tersebut dapat berguna dan dinikmati
oleh semua orang, serta untuk mengetahui suatu keindahan dibutuhkan hal-hal
seperti renungan, keserasian, kehalusan dan kontemplasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Pengertian,
T. (2013, September). Pengertian Manusia. Temukan
pengertian. Diakses pada 30 Oktober 2019 melalui https://www.temukanpengertian.com/2013/09/pengertian-manusia.html
Unknown.
(2017, Mei). Contoh Makalah Manusia Dengan Keindahan. nanisarahhapsari30.
Diakses pada 05 November 2019 melalui
http://nanisarahhapsari30.blogspot.com/2017/05/contoh-makalah-manusia-dan-keindahan.html
Francis,
M. (2013, Desember 03). Makalah Tugas IBD (Ilmu Budaya Dasar) Manusia Dan
Keindahan. mariefrancis65. Diakses
pada 06 November 2019 melalui https://mariefrancis65.wordpress.com/2013/12/03/makalah-tugas-ibd-ilmu-budaya-dasar-manusia-dan-keindahan/
Daffa,
F. (2017, April 22). Makalah Ilmu Budaya Dasar “Manusia dan Keindahan”. Mynewblogtugasku19. Diakses pada 07
November 2019 melalui http://mynewblogtugasku19.blogspot.com/2017/04/makalah-ilmu-budaya-dasar-manusia-dan.html
Komentar
Posting Komentar